1. BAKPIA
Bakpia Pathok adalah
makanan khas Jogja yang bahan dasarnya adalah tepung, kacang hijau dan
gula. Rasa manis dan legit tercipta dari isi kacang hijau yang berpadu
dengan gula. Sedangkan rasa gurihnya berasal dari kulit bakpia yang
merupakan adonan tepung yang dicampur dengan minyak nabati yang
dipanggang. Anda akan dapat dengan mudah mendapatkannya di sepanjang
jalan Pathok, sekarang bernama Jl. KS. Tubun.
Makanan ini tidak sepenuhnya asli Jogja
namun pengaruh dari China. Di China namanya Tou Lu Pia (berasal dari
dialek Hokkian) yang berarti kue berisi daging. Namun bakpia yang di
Jogja ini telah beradaptasi rasa dengan lidah lokal dengan isinya bukan
daging tetapi kacang hijau. Jenis kue ini awalnya dibawa oleh Goe Gee
Oe dari China pada tahun 1948, yang mencoba membuat bakpia sebagai
industri rumahan dan dijajakan eceran dari rumah ke rumah. Pengemasannya
hanya menggunakan besek, yaitu tempat makanan yang terbuat dari bambu
tipis yang dirangkai atau dianyam sedemikian rupa sehingga berbentuk
kotak bujur sangkar. Produksi bakpia ini semakin berkembang seiring
waktu hingga sekitar tahun 1980 muncullah produsen-produsen bakpia di
kawasan Pathok dengan membuat toko di rumah-rumah produsennya.
Kemasannya juga telah menggunajan dos (kertas karton). Merek dagangnya
berupa nomor rumah pembuatnya hingga kini makanan ini dikenal dengan
Bakpia Pathok. Rasa dari Bakpia Pathok ini sendiri adalah paduan antara
manis, legit, dan gurih. Saat ini pilihan rasa yang bisa dipilih antara
lain, coklat, keju atau pun yang asli yaitu rasa kacang hijau. Bakpia
ini pun sekarang bisa dijum
pai tidak hanya di wilayah Pathok tetapi
di toko-toko oleh-oleh, stasiun, terminal, bahkan di pasar-pasar
tradisional. Namun tentu saja rasanya akan lebih mantab di tempat
awalnya, yaitu di Pathok.
Bakpia Pathok ini sangat cocok sebagai oleh-oleh keluarga, teman, atau pun kolega karena selain awet tentu saja lezat rasanya!
Bakpia Pathok ini sangat cocok sebagai oleh-oleh keluarga, teman, atau pun kolega karena selain awet tentu saja lezat rasanya!
2. GEPLAK
Geplak adalah makanan khas Bantul,
Yogyakarta. Makanan ini rasanya sangat manis, terbuat dari kelapa muda
yang diparut kemudian dicampur dengan gula selanjutnya disangrai.
Bentuknya ada yang bulat-bulat ada juga lonjong tidak beraturan. Waktu
memasak yang lama membuat makanan ini menjadi awet dan tahan lama meski
tanpa bahan pengawet.
Asal mula geplak tidak terlepas dari
peran kota Bantul di masa lalu. Pada masa kolonial Belanda ini banyak
lahan di Bantul dijadikan perkebunan tebu. Tanah pertanian banyak yang
ditanami pohon tebu. Pabrik gula pun banyak didirikan di sana. Ada
sekitar 6 pabrik gula yang ada di Bantul saat itu, namun hingga kini
tinggal satu saja yang masih beroperasi yaitu pabrik gula Madukismo yang
pada awal Republik Indonesia ini berdiri merupakan salah satu pabrik
gula terbesar di Asia Tenggara. Selain itu didukung letak geografis
Bantul yang berada di daerah pantai sehingga terdapat banyak pohon
kelapa.
Akhirnya muncul geplak yang bahan
utamanya adalah kelapa muda yang campur dengan gula. Pada awalnya,
geplak hanya ada dua warna, yaitu jika menggunakan gula pasir warna
geplak akan putih dan jika menggunakan gula jawa maka warnanya akan
coklat. Namun sekarang telah banyak variasi warna antara lain, merah,
kuning, coklat, hijau, merah, dan putih. Pada saat ini rasa geplak pun
tidak hanya sekedar gurih dan manis saja namun sudah bervariasi, seperti
rasa durian, stroberi, coklat, dll. Geplak mudah diperoleh di pusat
kota Bantul, pusat oleh-oleh di kota Jogja, terminal, dan di
pasar-pasar.
3. KIPO
Kipo merupakan makanan khas Kotagede
yang terbuat dari beras ketan, berisi enten-enten atau parutan kelapa
dicampur dengan gula jawa. Bentuknya bulat lonjong kecil-kecil dengan
penyajiannya selalu ditaruh di atas daun pisang. Rasanya manis, gurih
dan lezat. Warnanya yang kehijauan bukan dari zat pewarna, tetapi alami
dari daun pandan. Nama kipo sendiri berasal ari singkatan “iki opo’ yang
berarti “ini apa”. Yang memberi nama sekaligus pembuat pertama makanan
ini adalah Bu Djito yang berdomisili di Kotagede. Tahun 1960-an beliau
membuat makanan untuk dijual di warungnya. Saat itu makanan ini belum
ada namanya. Ketika banyak pembeli melihat makanan unik ini kemudian
mereka bertanya “Iki Opo?’ Selanjutnya Bu Djito memberi nama makanan
buatannya itu dengan nama Kipo.
Larisnya kipo buatan Bu Djito membuat
banyak warga Kotagede juga membuat makanan yang sama dan menjualnya di
sekitar Pasar Kotagede. Meskipun lezat, sayangnya kipo ini tidak tahan
lama. Oleh karena itu, tidak mudah didapatkan di toko-toko pusat
oleh-oleh. Tempat yang selalu menjual makanan asli Kotagede ini adalah
kios snack dan oleh-oleh di Taman Sari, di pasar-pasar tradisional,
serta di kios snack pasar Kotagede sendiri tentunya.
Jika sedang di Jogja, jangan lupa mampir ke Kotagede untuk mencicipi si mungil hijau manis kipo!
4. YANGKO
Makanan khas daerah Kotagede ini terbuat
dari bahan beras ketan, daging kelapa muda, dan gula. Yangko
merupakan makanan ringan yang rasanya manis dan sangat tepat dijadikan
oleh-oleh atau buah tangan. Makanan ini mudah ditemukan di daerah
Kotagede bagian selatan kota Yogyakarta. Menurut sumber setempat yangko
mulai diproduksi di Kotagede sejak tahun 1920-an. Proses pembuatan
yangko tidak terlalu rumit. Hanya saja dibutuhkan ketekunan, ketelitian,
dan keterampilan. Yangko memiliki kekhasan rasa. Kecuali rasa manis
yang dominan, di dalam yangko Anda juga bisa merasakan wangi aromanya.
Bentuknya yang kecil menyebabkan kita tidak cepat ketika menyantapnya.
Nuansa kenyil-kenyil ketika Anda mengunyahkan mengundang sensasi
kenikmatan tersendiri.
Yangko yang telah dikemas dalam dus bisa
bertahan beberapa hari bukan karena diberi pengawet, namun karena
proses pemasakannya yang matang. Rasa yangko yang klasik adalah yangko
rasa kacang. Sedangkan yangko yang beraroma baru misalnya yangko rasa
durian, nangka, strawberry, cokelat, pandan, dan anggur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar