Sabtu, 11 April 2015

WEDANG RONDE

WEDANG RONDE
Wedang ronde adalah nama jenis minuman yang berasal asli dari Indonesia. Minuman ini dibuat dengan cara direbus dan dipadukan dengan jahe sehingga dapat menghangatkan tubuh. Jenis minuman ini adalah minuman sehat sehingga baik dikonsumsi untuk kesehatan tubuh. Untu dapat menikmatinya, anda bisa membuat sendiri dirumah dengan bahan-bahan yang mudah didapat juga cara pembuatan yang sangat sederhana. Minuman ini sangat cocok disajikan ketika sedang musim penghujan atau ketima malam hari cuaca sedang dingin, dan bisa juga dinikmati pada pagi hari ditemani gorengan hangat. Wedang ronde juga termasuk salah satu minuman favorit dikeluarga kami. Untuk itu, anda juga bisa sajikan wedang ronde dalam keluarga anda.

Resep Membuat Wedang Ronde Hangat

Makanan Khas Magelang


Makanan Khas Yogyakarta

1. BAKPIA
Bakpia Pathok adalah makanan khas Jogja yang bahan dasarnya adalah tepung, kacang hijau dan gula. Rasa manis dan legit tercipta dari isi kacang hijau yang berpadu dengan gula. Sedangkan rasa gurihnya berasal dari kulit bakpia yang merupakan adonan tepung yang dicampur dengan minyak nabati yang dipanggang. Anda akan  dapat dengan mudah mendapatkannya di sepanjang jalan Pathok, sekarang bernama Jl. KS. Tubun.
Makanan ini tidak sepenuhnya asli Jogja namun pengaruh dari China. Di China namanya Tou Lu Pia (berasal dari dialek Hokkian) yang berarti kue berisi daging. Namun bakpia yang di Jogja ini telah beradaptasi rasa dengan  lidah lokal dengan isinya bukan daging tetapi kacang hijau. Jenis kue ini awalnya dibawa oleh Goe Gee Oe dari China pada tahun 1948, yang mencoba membuat bakpia sebagai industri rumahan dan dijajakan eceran dari rumah ke rumah. Pengemasannya hanya menggunakan besek, yaitu  tempat makanan yang terbuat dari bambu tipis yang dirangkai atau dianyam sedemikian rupa sehingga berbentuk kotak bujur sangkar. Produksi bakpia ini semakin berkembang seiring waktu hingga sekitar tahun 1980 muncullah produsen-produsen bakpia di kawasan Pathok dengan membuat toko di rumah-rumah produsennya. Kemasannya juga telah menggunajan dos (kertas karton). Merek dagangnya berupa nomor rumah pembuatnya hingga kini makanan ini dikenal dengan Bakpia Pathok. Rasa dari Bakpia Pathok ini sendiri adalah paduan antara manis, legit, dan gurih. Saat ini pilihan  rasa yang bisa dipilih antara lain, coklat, keju atau pun yang asli yaitu rasa kacang hijau. Bakpia ini pun sekarang bisa dijum
pai tidak hanya di wilayah Pathok tetapi di toko-toko oleh-oleh, stasiun, terminal,  bahkan di pasar-pasar tradisional. Namun tentu saja rasanya akan lebih mantab di tempat awalnya, yaitu di Pathok.

Bakpia Pathok ini sangat cocok sebagai oleh-oleh keluarga, teman, atau pun kolega karena selain awet tentu saja lezat rasanya!
2. GEPLAK
Geplak adalah makanan khas Bantul, Yogyakarta. Makanan ini rasanya sangat manis, terbuat dari kelapa muda yang diparut kemudian dicampur dengan gula selanjutnya disangrai. Bentuknya ada yang bulat-bulat ada juga lonjong tidak beraturan. Waktu memasak yang lama membuat makanan ini menjadi awet dan tahan lama meski tanpa bahan pengawet.
Asal mula geplak tidak terlepas dari peran kota Bantul di masa lalu. Pada masa kolonial Belanda ini banyak lahan di Bantul dijadikan  perkebunan tebu. Tanah pertanian banyak yang ditanami pohon tebu. Pabrik gula pun banyak didirikan di sana. Ada sekitar 6 pabrik gula yang ada di Bantul saat itu, namun hingga kini tinggal satu saja yang masih beroperasi yaitu pabrik gula Madukismo yang pada awal Republik Indonesia ini berdiri merupakan salah satu pabrik gula terbesar di Asia Tenggara. Selain itu didukung letak geografis Bantul yang berada di daerah pantai sehingga terdapat banyak pohon kelapa.
Akhirnya muncul geplak yang bahan utamanya adalah kelapa muda yang campur dengan gula. Pada awalnya, geplak hanya ada dua warna, yaitu jika menggunakan gula pasir warna geplak akan putih dan jika menggunakan gula jawa maka warnanya akan coklat. Namun sekarang telah banyak variasi warna antara lain, merah, kuning, coklat, hijau, merah, dan putih. Pada saat ini rasa geplak pun tidak hanya sekedar gurih dan manis saja namun sudah bervariasi, seperti rasa durian, stroberi, coklat, dll. Geplak mudah diperoleh di  pusat  kota Bantul, pusat oleh-oleh di kota Jogja, terminal, dan di pasar-pasar.



3. KIPO
Kipo merupakan makanan khas Kotagede yang terbuat dari beras ketan, berisi enten-enten atau parutan kelapa dicampur dengan gula jawa. Bentuknya bulat lonjong kecil-kecil dengan penyajiannya selalu ditaruh di atas daun pisang. Rasanya manis, gurih dan lezat. Warnanya yang kehijauan bukan dari zat pewarna, tetapi alami dari daun pandan. Nama kipo sendiri berasal ari singkatan “iki opo’ yang berarti “ini apa”. Yang memberi nama sekaligus pembuat pertama makanan ini adalah Bu Djito yang berdomisili di Kotagede. Tahun 1960-an beliau membuat makanan untuk dijual di warungnya. Saat itu makanan ini belum ada namanya. Ketika banyak pembeli melihat makanan unik ini kemudian mereka bertanya “Iki Opo?’ Selanjutnya Bu Djito memberi nama makanan buatannya itu dengan nama Kipo.
Larisnya kipo buatan Bu Djito membuat banyak warga Kotagede juga membuat makanan yang sama dan menjualnya di sekitar Pasar Kotagede. Meskipun lezat, sayangnya kipo ini tidak tahan lama. Oleh karena itu, tidak mudah didapatkan di toko-toko pusat oleh-oleh. Tempat yang selalu menjual makanan asli Kotagede ini adalah kios snack dan oleh-oleh di Taman Sari, di pasar-pasar tradisional, serta di kios snack pasar Kotagede sendiri tentunya.
 Jika sedang di Jogja, jangan lupa mampir ke Kotagede untuk mencicipi si mungil hijau manis kipo!

4. YANGKO
Makanan khas daerah Kotagede ini terbuat dari bahan beras ketan, daging kelapa  muda, dan gula. Yangko  merupakan makanan ringan yang rasanya manis dan sangat tepat dijadikan oleh-oleh atau buah tangan. Makanan ini mudah ditemukan di daerah Kotagede bagian selatan kota Yogyakarta. Menurut sumber setempat yangko mulai diproduksi di Kotagede sejak tahun 1920-an. Proses pembuatan yangko tidak terlalu rumit. Hanya saja dibutuhkan ketekunan, ketelitian, dan keterampilan. Yangko memiliki kekhasan rasa. Kecuali rasa manis yang dominan, di dalam yangko Anda juga bisa merasakan wangi aromanya. Bentuknya yang kecil menyebabkan kita tidak cepat ketika menyantapnya. Nuansa kenyil-kenyil ketika Anda mengunyahkan mengundang sensasi kenikmatan tersendiri.
Yangko yang telah dikemas dalam dus bisa bertahan beberapa hari bukan karena diberi pengawet, namun karena proses pemasakannya yang matang. Rasa yangko yang klasik adalah yangko rasa kacang. Sedangkan yangko yang beraroma baru misalnya yangko rasa durian, nangka, strawberry, cokelat, pandan, dan anggur.
 

Makanan Khas Purworejo



  1. Geblek
13433523811762060939
sumber photo :Lujengarief.wordpress.com





Sejenis makanan goreng yang bentuknya bulat kecil mirip gelang atau setengah angka 8. Tidak heran kalau masyarakat sana sering menyebut panganan itu dengan nama gelangan. Makanan yang terbuat dari tepung singkong itu rasanya sangat gurih. Lebih nikmat kalau disantap saat masih hangat atau baru saja digoreng. Kalau Anda jalan-jalan ke kota Purworejo, Anda bisa mendapati para penjual panganan geblek yang ada di seputar pasar Baledono, dekat alun-alun Purworejo, ataupun dekat pasar Jenar. Dan masih banyak lagi lokasi dimana Anda bisa mendapatkan panganan geblek tersebut di Purworejo. Uniknya banyak wisatawan yang suka menikmati geblek dengan campuran saus ataupun sambal kacang. Perlu dicoba nih sobat!

2. Krimpying/Lanting
13433528951680134691
photo lanting: purworejokab.go.id





Panganan khas yang satu ini masih sejenis gorengan yang berbahan dasar singkong dan warnanya krem. Bentuknya bulat-bulat berlubang tengah seperti geblek. Namun kalau krimpying lebih keras dan kremes-kremes. Kalau yang agak kecil bentuknya mirip cincin biasanya disebut dengan nama lanting. Panganan khas Purworejo yang satu ini termasuk jenis panganan yang tahan lama. Jadi bisa dibawa buat oleh-oleh.
3. Kue Lompong
1343353214519529465
Sumber photo: purworejonews.com




Ialah kue basah manis dengan bulir kacang di dalamnya.Yang bikin unik panganan yang satu ini karena dibungkus menggunakan daun pisang kering yang sering disebut klaras. Konon warna hitam pada kue lompong ini berasal dari tanaman lompong. Tepatnya dari batang lompong yang dilumatkan dan dicampur pada adonan kue. Uniknya lagi pada setiap gigitan kue lompong ada suatu rasa sangat khas yang terasa di lidah kita. Itulah rasa klaras yang menjadi pembungkusnya. Benar-benar unik dan patut Anda coba sobat.

4. Clorot
1343352680932038375
sumber photo: http://revienspurworejo.com




Dari namanya saja sudah unik dan menggelitik ya. Panganan khas Purworejo yang satu ini terbuat dari tepung beras dan gula merah yang dimasak dalam pilinan daun kelapa yang masih muda (janur kuning). Bentuknya seperti terompet kecil yang dibalut janur kuning, rasanya manis hampir seperti wajik atau dodol.
5. Rengginang
13433533141662796446
Sumber Photo: wayahbagelen.blogspot.com





Panganan khas Purworejo yang satu ini termasuk jenis panganan gorengan yang terbuat dari ketan yang dimasak. Bentuknya bulat unik dan agak gepeng. Rasanya kriuk-kriuk dan pastinya cukup menggoda selera Anda para pecinta kuliner. Hehehe…
6. Cenil
1343353832172614124
sumber : jepretanlensa.blogspot.com
Panganan khas Purworejo yang satu ini dibuat dari pati ketela pohon (tepung kanji). Bentuknya bulat-bulat kecil seperti kelerang. Biasanya ada warna-warni dan bertabur dengan parutan kelapa yang manis. Saat dimakan akan terasa manis dan kenyal. Biasanya dibungkus dengan daun pisang. Panganan ini bisa dijumpai di pasar-pasar tradisional Purworejo.
Demikianlah hasil reportase sederhana uniknya kuliner khas Purworejo yang dapat saya share. Sebenarnya selain ketujuh panganan yang telah saya tuliskan di sini masih banyak kuliner khas Purworejo lainnya yang tidak kalah menarik. Bagi Anda sobat-sobat sekalian para pecinta kuliner, kalau masih penasaran silahkan boleh dicoba datang langsung ke Purworejo. Tapi ingat, dimakannya sehabis waktu berbuka puasa tiba. Hehehe….

DAWET IRENG



Dawet Ireng adalah sejenis dawet / cendol. Minuman ini asli dari daerah Butuh, Purworejo, Jawa Tengah. Kata ireng dari Bahasa Jawa yang artinya hitam.



Konon, dawet ireng ini awal mulanya dipasarkan oleh Mbah Ahmad sekitar tahun 1950 di daerah sebelah timur jembatan Butuh, Purworejo. Dawet ireng saat ini sudah terkenal sampai ke luar Purworejo kabarnya dawet ireng sudah sampai Jawa Barat dan Jawa Timur, bahkan dawet ireng sering dipesan dalam jumlah besar misalnya untuk acara hajatan.

Dawet ireng adalah minuman berjenis dawet tetapi dengan cendol yang berwarna hitam legam. Proses pembuatannya sangat alami yaitu diolah dengan tangan dan tak menggunakan bahan pewarna. Pewarna hitam untuk cendol dibuat dari daun padi kering (oman) yang dibakar hingga menjadi abu, kemudian abu dicampur dengan air dan menghasilkan warna hitam. Sedangkan cendolnya dibuat dari sagu bukan dari tepung beras seperti cendol hijau biasa. Pemanis menggunakan gula aren.

Ada keunikan dalam penyajian dawet ireng ini, yaitu pemerasan santan dari parutan kelapa langsung yang dapat dilihat oleh pembeli dan jumlah cendol ireng yang jauh lebih banyak dibanding kuahnya (santan dan air gula aren), kemudian ditambah es, dijamin segar dan mantap.

Dawet ireng ternyata mampu menembus pasar di luar Purworejo dan seharusnya pemerintah daerah Purworejo mengambil peluang untuk mempopulerkan dawet ireng dan mempatenkan sebagai minuman khas purworejo.